Deskripsi
Tidak semua calon perantau melakukan secara detail persiapan untuk merantau tersebut. Bahkan kalau disurvei, barangkali jumlah orang yang dari awal memang berniat untuk melakukan perantauan sangat sedikit. Kebanyakan orang akan merasa lebih nyaman tinggal di kampung halamannya sendiri, termasuk untuk bekerja dan memulai membangun keluarganya sendiri. Jadi, wajarlah kalau tidak ada persiapan yang dilakukan. Bagaimana akan mempersiapkan diri kalau niatnya saja tidak ada?
Penulis juga termasuk kebanyakan orang pada umumnya. Dari kecil sampai dengan lulus kuliah, penulis tidak pernah pergi jauh-jauh dari Yogyakarta. Tiba-tiba saja, ketika lulus kuliah, penulis dihadapkan pada tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan di Jakarta, sehingga mau tidak mau, penulis harus merantau ke Jakarta tanpa persiapan apa-apa selain keyakinan bahwa nantinya semua akan baik-baik saja di Jakarta.
Dan setelah 30 tahun merantau, untuk mengenang perantauan panjang tersebut, penulis mulai mengingat-ingat kembali berbagai peristiwa penting, yang penulis alami dalam masa 30 tahun tersebut. Ternyata, cukup banyak pelajaran hidup yang bisa diambil darinya. Karena itu, akhirnya penulis merangkum berbagai catatan penting itu menjadi buku agar bisa dibaca oleh lebih banyak orang, terutama oleh para calon perantau, agar bisa lebih siap di perantauan nantinya.
Pembaca seperti diajak untuk menyusuri sumbu waktu bersama penulis selama di perantauan. Kisah ini dimulai dari kejadian unik diterima bekerja sebelum diwisuda, kisah tentang dunia anak kos, tradisi mudik di hari lebaran, mendapat kesempatan belajar di Amerika, Krisis Moneter dan Kerusuhan 98 yang mencekam, dan dinamika seru di tempat kerja, menjadi bagian-bagian penting yang bisa dijadikan pelajaran.
Selamat menikmati buku ini. Salam anak rantau.
Ulasan
Belum ada ulasan.