Ada beberapa jenis definisi remaja. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sementara itu menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Adapun menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah. Remaja merupakan fase peralihan dari fase anak memasuki masa dewasa. Usia remaja bersamaan dengan masa pubertas. Di usia ini, remaja memiliki energi besar, kritis, ketertarikan mendalam akan suatu hal, idealis, hingga rasa ingin tahu mengenai salah dan benar dalam tindakannya. Pada periode tersebut, dengan karakter sedemikian, rentan sekali terjadi konflik antara orangtua dengan anak.
Gen Z Sebagai Remaja Masa Kini
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, dari jumlah total penduduk 270,2 juta jiwa, sebanyak 27,94% adalah penduduk di kategori usia remaja yang termasuk dalam kelompok Gen Z. Persentase ini paling besar dibandingkan pendahulunya Gen Y maupun pendatang baru yakni Post Gen Z.
Gen Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi lain…
Dalam K- JTP: Vol. 06, No.01 (2018), dijelaskan bahwa Gen Z memiliki karakter yang menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan budaya. Dibandingkan Gen Y yang masih transisi teknologi, Gen Z lahir dan besar ketika teknologi itu sudah ada. Generasi ini juga terkoneksi secara global dan berjejaring di dunia virtual. Meskipun terkenal open minded, namun generasi ini juga diketahui memiliki karakter yang suka budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat. Luasnya informasi yang dapat diterima remaja akan mempengaruhi pembentukan karakter remaja. Pola pikir Gen Z yang terbuka dan cenderung mudah menerima perbedaan dari berbagai sisi, membuat kelompok ini sulit mendefinisikan dirinya sendiri. Mereka pada akhirnya akan mencari jati dirinya sendiri dari berbagai sudut. Karena itu perlu pengawasan dan filtrasi yang memadai untuk membentuk pribadi yang berkarakter saat dewasa.
Adaptasi Orangtua
Dari sisi orang tua, yang sebagian besar termasuk ke dalam kelompok Gen X dengan karakter yang sangat berbeda dengan Gen Z, mendidik anak Gen Z yang merupakan penduduk asli teknologi digital menimbulkan tantangan sendiri. Seringkali orangtua merasa kesulitan untuk bercengkerama dengan anak remaja Gen Z karena mereka lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya atau berselancar di dunia maya. Selain itu, di fase ini juga, remaja mulai dapat berpikir dengan logika yang acapkali bias terhadap perasaan emosi, menyebabkan usia ini riskan melakukan hal-hal berisiko. Berbeda dengan cara asuh generasi sebelumnya, orangtua remaja Gen Z harus pandai-pandai melakukan pengawasan. Harus memiliki strategi kapan mengawasi dari dekat, dari jauh, termasuk kapan saatnya memberikan kepercayaan pada anak. Orangtua sebaiknya memberikan pendampingan dan pola asuh yang sesuai dengan perkembangan dan karakter remaja Gen Z.
4 Pola Asuh Populer
Dalam buku Educational Psychology (Santrock, 2011), menyebutkan setidaknya ada empat gaya pengasuhan (parenting style) yang saat ini banyak beredar di masyarakat. Keempat gaya pengasuhan tersebut adalah authoritarian parenting, neglectful parenting, indulgent parenting, dan authoritative parenting.
-
Authoritarian Parenting
Orangtua dengan gaya pengasuhan ini memiliki intervensi masif dalam kehidupan anaknya. Praktiknya banyak menggunakan hukuman, alur komunikasi yang satu arah, dan kaku. Tuntutan orangtua harus selalu dipatuhi lantas mengesampingkan anak sebagai manusia yang berproses. Dalam hal ini orangtua bahkan suka melarang anaknya memiliki otonomi ataupun terlibat dalam pembuatan keputusan. Pengasuhan dengan pola ini memiliki dampak yang buruk bagi anak ketika menginjak usia remaja. Anak jadi mudah melakukan pemberontakan, mudah cemas dalam pergaulan sosial, kreativitas rendah, hingga kehilangan kemampuan eksplorasi.
-
Neglectful Parenting
Dalam pola pengasuhan ini, orangtua minim komitmen dalam mengasuh anak dari segi waktu dan perhatian. Orangtua pola ini cenderung tidak tahu banyak tentang aktivitas anaknya. Mereka jarang berdiskusi bahkan berbincang dan hampir tidak mempedulikan pendapat anaknya dalam membuat keputusan. Orangtua dengan gaya asuh neglectful parenting bisa saja menganiaya, menelantarkan, dan mengabaikan kebutuhan maupun kesulitan anaknya. Hal ini menyebabkan anak merasa terpisah secara emosional dengan orangtua sehingga anak menjadi serba kurang dalam segala aspek, baik kognisi, maupun kemampuan emosional dan sosial. Jika terus-menerus terjadi, pola asuh seperti ini akan membuat anak berkemampuan rendah dalam mengatasi stres serta mengendalikan emosi. Dalam perkembangannya cenderung kurang dewasa (immature), kurang bertanggung jawab, lebih mudah dihasut teman sebaya, serta kurang mampu menimbang posisi dalam lingkup pergaulan sosial.
-
Indulgent Parenting
Orangtua yang menerapkan tipe pola asuh ini cenderung memanjakan anak. Mereka lunak dan pasif dalam hal disiplin. Memang tipe ini tidak menuntut dan memberi kebebasan tinggi kepada anak, seringkali memberi izin untuk anak mengambil keputusan walaupun sebenarnya anak tersebut belum mampu menimbang risikonya. Tipe Indulgent Parenting malas meluruskan penyimpangan perilaku anak seperti saat anak melakukan bullying atau membiarkan anak melakukan kesalahan tanpa adanya evaluasi. Impulsif, tidak patuh, menentang jika diminta sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sesaatnya, dan kurang toleran dalam bersosialisasi merupakan dampak yang ditunjukan anak yang dihasilkan dari tipe pola asuh ini. Anak jadi sangat tidak matang dalam aspek psikososial.
-
Authoritative Parenting
Orangtua yang menerapkan pola asuh ini memiliki perilaku tegas namun hangat. Mereka mendorong anaknya menjadi mandiri dengan memiliki kebebasan namun tetap memberi batas dan kontrol. Mereka memiliki standar yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Orangtua menunjukkan kasih sayang, sabar mendengarkan anaknya, mendukung keterlibatan anak dalam membuat keputusan keluarga, dan menanamkan kebiasaan saling menghargai hak-hak orangtua dan anak Pola asuh ini dapat mendorong tumbuhnya kemampuan sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab sosial. Anak yang tumbuh dari orang tua yang menerapkan pola asuh ini umumnya memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik sehingga mereka lincah bersosialisasi, adaptif, kreatif, tekun belajar di sekolah, serta mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Pola Asuh Yang Cocok Dengan Gen Z
Melihat karakteristik remaja Gen Z yang fleksibel, kritis, dan berpikiran luas, serta sangat terbuka terhadap paparan dunia maya, pengasuhan dengan komunikasi satu arah sangatlah tidak cocok bagi mereka. Terlahir dengan akses informasi yang mudah, sikap diktator orangtua justru mematikan potensi minat dan bakat anak untuk dapat berkembang bagi dirinya maupun di masyarakat nanti. Pola asuh yang cenderung membiarkan atau acuh juga bisa menjadi pedang bermata dua. Anak yang tergempur beragam informasi daring tanpa filter dan bimbingan yang memadai, bisa memicu tindakan yang berisiko. Authoritative Parenting bisa menjadi salah satu solusi bagi orangtua maupun pendamping remaja Gen Z. Kemdikbud dalam program disertai laman “Sahabat Keluarga” juga pernah menyinggung konsep serupa yang memiliki nama “Sistem Layang-layang”. Dalam penerapan pola asuh ini, orangtua tanggap dan suportif namun menetapkan batasan yang tegas bagi anak-anak mereka. Mereka berusaha mengendalikan perilaku anak-anak dengan menjelaskan aturan, berdiskusi, dan bernalar. Layaknya layang-layang, anak diberi ruang mengembangkan kreativitas tetapi tetap memiliki benang yang mengikat agar tetap di haluannya. Kunci dari pola asuh ini ada orangtua bersedia menjadi pendengar yang baik dan terbuka. Orangtua perlu menyadari bahwa remaja juga butuh cinta, keleluasaan, disertai batas tertentu untuk mencapai potensi penuh mereka. Sistem Layang-layang juga menyoroti kegiatan praktis yang dapat ditelaah bersama-sama antara orangtua dan anak, maupun kegiatan yang melibatkan interaksi langsung dengan masyarakat. Hal ini dapat diterapkan untuk melatih psikososial, emosi, dan logika berpikir para remaja. Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam sistem ini adalah sebagai berikut:
- Ingatkan anak untuk bijak dalam memanfaatkan media sosial.
- Berliterasi melalui gawai.
- Memberikan edukasi tentang seks.
- Menggali bakat dalam diri anak.
- Ajak remaja untuk aktif memberikan ide dalam lingkungan masyarakat.
American Psychological Association (APA) dalam laman resminya mengatakan anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan Authoritative Parenting cenderung ramah, energik, ceria, percaya diri, mampu mengendalikan diri, ingin tahu, kooperatif, dan berorientasi pada prestasi.
Kesimpulan
Pada akhirnya, pola asuh yang tepat dapat mendukung proses terbentuknya pribadi remaja yang unggul. Seiring bertambahnya usia, anak perlu mengembangkan kapasitas untuk merenungkan tindakannya dan menilai tentang mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. Jika orangtua bersikap penuh kasih sayang, respek, tetapi tetap tegas, maka anak akan mengikuti orangtua sebagai contoh dan mengaguminya. Anak remaja nantinya tidak hanya menaati permintaan orangtua, tetapi mereka juga memahami mengapa mereka melakukan permintaan tersebut tanpa merasa dipaksa. Cari tahu lebih banyak seputar pola asuh maupun pendidikan anak melalui artikel lainnya! Sumber
- World Health Organization (WHO), Adsolescdent health, https://www.who.int/health-topics/adolescent-health#tab=tab_1, diakses pada 09/01/2023
- Badan Pusat Statistik (BPS), Hasil Sensus 2020, bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html, diakses pada 06/01/2023
- Ranny Rastati, Media Literasi Bagi Digital Natives: Perspektif Generasi Z Di Jakarta, 06/01 Juni, Jurnal Teknologi Pendidikan, 2018, hal. 63
- Santrock, Educational Psychology, New York, McGraw-Hill Medical Publishing, 2011, Four Type of Parenting Style
- Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kemdikbud, Mendidik dan Mendampingi Remaja Milenial, https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/mendidik-dan-mendampingi-remaja-milenial/, diakses pada 06/01/2023
- American Psychological Assosiation (APA), Parenting Style: Authoritative, https://www.apa.org/act/resources/fact-sheets/parenting-styles, diakses pada 06/01/2023