CategoriesPendidikan

Pendidikan Karakter Dukung Indonesia Emas

Tahun 2045 mendatang Indonesia akan genap berusia 100 tahun. Momentum ulang tahun emas Indonesia ini memunculkan wacana Indonesia Emas 2045. Apakah dunia pendidikan dapat berperan? Bagaimana pendidikan karakter dapat memberikan sumbangsih? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini ya!

Indonesia Emas 2045

Pada tahun 2045 Indonesia akan menerima bonus demografi (demographic dividend) alias Indonesia Emas 2045. Pada tahun 2045, anak yang lahir rentang tahun 1990 – 2010 akan mencapai puncak usia produktif. Walaupun terdengar masih jauh, namun pada dasarnya bibit-bibit unggul itu sudah ada dari sekarang. Pada saat generasi tersebut mencapai usia produktif, maka dapat memberikan dampak positif antara lain sebagai berikut.

  • Memicu pertumbuhan ekonomi.
  • Membentuk generasi muda yang bertanggung jawab, bersedia mengabdi, berkorban, membangun dan mengelola negara serta bangsa.
  • Jumlah penduduk usia kerja yang tinggi dan terserap pasar kerja dapat meningkatkan total output.

Untuk mewujudkan harapan yang besar tersebut, dunia Pendidikan Indonesia memegang peranan yang penting dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Bukan hanya dalam bidang pengembangan akademik, namun juga dalam hal pengembangan karakter. Penguatan pendidikan karakter merupakan bekal utama yang yang menjadi investasi budi pekerti bagi generasi masa depan Indonesia.

Pendidikan Karakter

Melansir Direktorat Guru Pendidikan Dasar oleh Kemendikbud, Pendidikan Karakter memiliki definisi sebagai usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga anak mampu bersikap dan bertindak bersandarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Pendidikan karakter harus selalu ada, menjadi kebiasaan, bimbingan secara kontinu dan barulah menjadi karakter bagi anak. Adapun menurut buku Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, pendidikan karakter merupakan proses kegiatan untuk mengarahkan anak pada peningkatan kualitas pendidikan serta moralitas.

Unsur Pendidikan Karakter

Dalam Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik menuliskan bahwa ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis yang berkaitan terhadap konstruksi karakter diri pada manusia tersebut. Unsur-unsur ini menunjukan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur tersebut adalah sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan dan kemauan, serta konsep diri.

Secara konseptual, pendidikan karakter adalah model pendidikan yang mengandung tiga unsur dasar dengan sifat saling berkesinambungan. Ketiganya yaitu:

  • mengetahui kebaikan (knowing the good);
  • mencintai kebaikan (desiring the good);
  • melakukan kebaikan (doing the good).

Titik temu dari ketiga unsur ini berada pada konteks kebaikan. Sebab, pendidikan merupakan upaya menciptakan sumber daya manusia yang bermoral dan memiliki sikap yang baik.

Nilai Pendidikan Karakter

Source: tertera

Kemendikbud melakukan kajian mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam konteks pendidikan karakter di Indonesia. Dari 24 karakter terdapat lima nilai utama, yakni sebagai berikut.

  1. Religiusitas, yaitu mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang memiliki implementasi dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Sub nilai religius antara lain beriman dan bertakwa, cinta damai, toleransi, disiplin ibadah, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, kerja sama antarpemeluk agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, antibully dan anti kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih, mencintai dan menjaga lingkungan, bersih, memanfaatkan lingkungan dengan bijak.

  1. Nasionalisme, yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Sub nilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, cinta tanah air, rela berkorban, semangat kebangsaan, unggul, dan berprestasi, menjaga lingkungan, disiplin, taat hukum, menghargai kebhinekaan, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

  1. Kemandirian, yaitu sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Etos kerja (kerja keras), tangguh, profesional, tahan banting, daya juang, keberanian, kreatif, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat ialah sub nilai dari poin tiga.

  1. Gotong Royong, yaitu mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, komitmen atas keputusan bersama, inklusif, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, dan sikap kerelawanan.

  1. Integritas, adalah  upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang jujur dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.

Peran Fasilitator

Anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan sekolah membuat guru sangat berperan dalam penguatan pendidikan karakter bagi anak. Guru harus mencontohkan apa yang disampaikan dan anak didik akan menirunya.

Melansir Direktorat Guru Pendidikan Dasar oleh Kemendikbud, keteladanan guru akan memudahkan penerapan nilai-nilai perilaku bagi anak. Guru adalah seorang yang digugu dan ditiru. Digugu artinya adalah apa saja yang disampaikan oleh guru, baik lisan maupun tulisan dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh semua peserta didik. Guru juga akan ditiru, ditiru artinya sebagai seorang guru harus menjadi suri tauladan dalam setiap perbuatannya. Mudahnya, anak adalah insan copycat. Perumpamaan ini menggambarkan seekor anak kucing (cemeng) yang suka meniru tingkah laku induknya.

Pendidikan karakter di sekolah, tentunya harus sejalan dengan penguatan  di rumah. Artinya, penguatan pendidikan karakter pastinya harus sedari keluarga. Hal ini dilaksanakan dengan menjadikan keluarga dan rumah tangga sebagai lingkungan pembentukan watak dan karakter pertama dan utama bagi anak. Sehingga keluarga atau rumah tangga dapat menjadi “school of love” anak untuk mempelajari cinta sejati dan kasih sayang serta tempat pertama nilai-nilai kebaikan serta prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan dapat tumbuh

Pendidikan Karakter Terhadap Indonesia Emas 2045

Cita-cita pendidikan karakter ialah membentuk manusia secara utuh (holistik) yang normatif. Selain untuk membentuk individu yang gigih belajar, sejatinya pendidikan karakter akan mampu mengembangkan semua potensi anak secara optimal.

Proyeksi anak yang memiliki karakter kuat dan berkembang baik nantinya mampu membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan bermartabat dengan bangsa yang kuat moral. Mereka tak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bijak dalam hal spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan jasmani. Keseimbangan akademik dan karakter inilah yang perlu persiapan sejak saat ini kelak mereka benar-benar menjadi Generasi Emas Indonesia.

Menurut kamu bagaimana penerapannya sejauh ini di Indonesia? Apakah ada inovasi terkini bagi para fasilitator? Tuliskan pendapatmu di kolom komen atau kulik artikel kami lainnya di sini.

Ikuti Instagram kita juga ya untuk update terbaru seputar dunia pendidikan!

Sumber

  • Kata Data, Bonus Demografi: Dampak dan Hambatannya, https://katadata.co.id/intan/berita/6221cc4f7f291/bonus-demografi-dampak-dan-hambatannya, akses pada 12/01/2023.
  • Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Pendidikan Karakter: Peranan Dalam Menciptakan Peserta Didik yang Berkualitas, https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/news/pendidikan-karakter-:-peranan-dalam-menciptakan-peserta-didik-yang-berkualitas, akses pada 12/01/2023.
  • Kementerian PPN/ Bappenas, Background Study: Visi Indonesia 2045, 2019, Peningkatan Pendidikan Karakter.
  • Mu’in, Fatchul, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan Praktik, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media Group, 2011.
  • Khan, Yahya, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Yogyakarta, Pelangi Publishing, 2010.
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *